INDONESIANEWS.TV – JAKARTA: Beberapa kader Partai Golkar mengusulkan Ketua Umumnya Airlangga Hartanto jadi Capres 2024. Bahkan Leo Nababan, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Golkar mengusulkan Joko Widodo (Jokowi) sebagai pendamping Airlangga.
Usulan para kader Golkar itu tentu wajar mengingat Airlangga Hartanto sebagai Ketua Umum Golkar. Partai ini juga pemenang kedua pada Pileg 2019, sehingga diasumsikan memiliki banyak pendukung.
Demikian disampaikan Pakar Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga kepada para awak media, Minggu (1/11/2020).
Namun, Jamiluddin berpendapat, Airlangga Hartanto memiliki kelemahan terutama dari sisi elektabilitas.
“Dari banyak survei yang dilakukan berbagai lembaga survei elektabilitasnya memang sangat rendah,” kata Jamiluddin.
Karena itu, lanjut Jamiluddin, menjadi logis bila kadernya coba mengusulkan Jokowi sebagai pendamping Airlangga.
“Tujuannya tentu untuk mendongkrak elektabilitas Hartanto,” ungkap Dosen Metodologi Penelitian Komunikasi Universitas Esa Unggul Jakarta ini.
Selain itu, jelas Jamiluddin, upaya mengusulkan pasangan Airlangga-Jokowi lebih dini diperkirakan hanya sebagai tes pasar semata.
“Golkar ingin mengetahui respon pasar, termasuk PDI Perjuangan (PDIP) sebagai partai utama pengusung Pemerintah saat ini dan Jokowi sendiri tentunya,” terang Jamiluddin.
Menurut Jamiluddin, apabila respon pasar positif dan Jokowi berkenan, maka Golkar akan mengelola isu pasangan Airlangga-Jokowi secara terus menerus hingga dicalonkan secara resmi pada tahun 2024.
“Dengan cara begitu, Golkar berharap elektabilitas Hartanto dan partainya akan meningkat. Hal ini tentu akan dapat mendongkrak suara Golkar pada Pileg dan Pilpres 2024,” tegas Penulis Buku Riset Kehumasan ini.
Jamiluddin berpandangan, harapan dan strategi demikian tentu sangat wajar.
“Sebab, semua partai akan mencari pasangan yang dapat mendongkrak elektabilitasnya,” imbuhnya.
Hanya saja, ungkap Jamiluddin, isu yang dilontarkan kader Golkar ini direspon negatif oleh PDIP.
“Kader PDIP justru meminta para menteri untuk fokus bekerja menangani Covid-19 beserta dampaknya, bukan memperbanyak pencitraan,” ucapnya.
Jamiluddin menegaskan, masyarakat pun melihat usulan Airlangga-Jokowi sebagai pasangan capres-cawapres dengan skeptis.
“Usulan seperti ini dinilai hanya agenda kalangan elite, yang korelasinya dengan kepentingan rakyat saat ini sangat rendah,” tukas Dekan Fikom IISIP Jakarta 1996-1999 ini.
Menurut Jamiluddin, rakyat justru menilai Golkar terlalu ambisius untuk memperoleh kekuasaan.
“Empati terhadap rakyat yang sedang susah terkesan dibaikan begitu saja,” ujarnya.
Lagi pula, sambung Jamiluddin, tidak ada jaminan memasangkan Airlangga-Jokowi akan otomatis meningkatkan elektabilitas Airlangga Hartarto.
“Apalagi saat ini elektabilitas Jokowi juga menunjukkan tren penurunan. Bahkan ada kemungkinan elektabilitas Jokowi akan semakin turun bila penanganan Covid-19 dan penanganan dampak ekonominya berlarut-larut,” tutur Master Komunikasi Pembangunan IPB ini.
Lebih lanjut, Jamiluddin pun mengingatkan, mengangkat isu pasangan Airlangga-Jokowi pada Pilpres 2024 di era pandemi ini justru merupakan bunuh diri.
“Golkar bukan mendapat citra baik, tapi elektabilitasnya berpeluang anjlok,” tutup mantan Evaluator Harian Umum Suara Pembaruan ini. (Daniel)
Add comment