BANDUNG – Deputi I Kepala Staf Presiden Febry Calvin Tetelepta menegaskan, membangun Maluku tidak bisa dilakukan dengan mengabaikan laut sebagai potensi sumber kekayaan alam. Karenanya, potensi tidak bisa menafikan bahwa pariwisata Maluku mayoritas tidak jauh dari laut.
“Investasi ke daerah saja sekarang ini sekitar 52 persen, dan saya yakin masa depan Indonesia ke depan ada di daerah. Khususnya Maluku,”kata Febri dalam diskusi bertajuk “Dari PNPS untuk Negeri: Membangun Indonesia dari Daerah”, Hotel Puri Setiabudhi, Bandung, Minggu (19/5/2024).
Diskusi ini digelar Pengurus Nasional Perkumpulan Senior Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PNPS GMKI) dalam acara Perayaan Paskah, dan Kenaikan Yesus Kristus, yang diselenggaran tuan rumah Pengurus Cabang Perkumpulan Senior (PCPS) GMKI Bandung.
Febri, yang juga Ketua Umum PNPS GMKI ini menegaskan, bila ingin membangun Maluku lebih baik ke depan maka tidak bisa memunggungi laut. Sebaliknya, laut harus menjadi perhatian yang serius untuk memajukan Maluku.
Febri mengakui, hasil penangkapan ikan di Maluku selama ini banyak mengalami kendala. Pasalnya ikan hasil tangkapan membusuk dikarenakan minimnya ruang pendingin ikan atau cold storage. “Ini juga yang harus diperhatikan sehingga ikan yang ditangkap tidak sia-sia,”imbuhnya.
Febri mengakui, sekitar 4 juta ton ikan dihasilkan dari laut Maluku, dan sekitar 37 persen ikan dari Maluku dijual luar negeri.
Ke depan, lanjut Febri, perlunya melibatkan Universitas Patimura dan Universitas Cendrawasi dalam melakukan pembangunan manusia dengan bekerjasama membangun politeknik kelautan.
Febri mengatakan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku rendah, dan dibawah rata-rata IPM nasional. “Bahkan kemiskinan ekstrem terjadi di sana,”tandas Febri.
Febri mengakui, peran pemerintah daerah belangan ini sangat kacau, dan tidak adanya koordinasi satu dengan yang lain. Padahal, menurut Febri, diberbagai kabupaten dan kota di Maluku memiliki spesifikasi potensi kekayaan yang berbeda selama ini.
“Potensi kabupetan satu dengan kabupaten lainnya ini yang harusnya diperhatikan dengan serius. Kemiskinan yang terjadi di Maluku bukan kemiskinan struktural, akan tetapi masalah masalah infrastruktur yang harus menjadi perhatian pemerintah daerah,”terang mantan aktifis GMKI Cabang Ambon itu.
Febri yang juga mencalonkan diri menjadi Calon Gubernur Maluku untuk periode 2024-2029 ini tidak menafikan bahwa maju dalam kontestasi Pemilihan Kepala Derah (Pilkada) untuk Provinsi Maluku membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun, Febri meyakini dengan kekuatan jaringan yang dimiliki optimis masyarakat Maluku akan memberikan mandat pelayanan sebagai Gubernur Maluku dalam mensejahterakan masyarakat Maluku.
“Bayangka, orang Maluku bersin saja berobatanya ke Kota Ambon. Semua terpusat di Ambon, dan Ambon menjadi beban sangat besar dalam mengatasi persoalam masyarakat Maluku. Karena itu kita harus kembangkan pusat-pusat ekonomi diberbagai kabupaten ke kabupaten. Ini kegagalan pemerintah daerah yang tidak menyiapkan konsep pembangunan yang baik,”tandasnya.
Tampil sebagai penanggap, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Mindo Sianipar, mantan Menteri Perdagangan Enggar Tiasno lukito, Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Suhardi, dan Vice President PT Telkomsel Samuel Pasaribu.
Sementara itu, Enggar Tiasno lukito megatakan, untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045 dapat terwujud bila terjadi desentralisasi dengan baik antara pusat, dan daerah.
“Kalau tidak dapat mewujudkan desentralisasi dengan baik antara pusat dan daerah, maka akan sulit mewujudkan Indonesia emas ke depan,”ujarnya.
Mindo Sianipar mangakui, dalam Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif rentan dengan money politik. “Realitasnya untuk menjadi kepala daerah membutuhkan biaya Rp 80 miliar. Kalau uang sebesar itu apakah akan berpikir untuk mensejahterahakan rakyatnya. Yang ada sebaliknbya akan memikirkan bagaimana kembali modal,”tambahnya.
Sekretaris Jenderal PNPS GMKI Sahat HMT Sinaga mengatakan, dalam pertemuan ini memberikan sumbangan pemikiranh kepada kader-kader GMKI se-Indonesia agar terwujudnya Indonesia sejahtera, dengan melihat karakteristik dibgerbagai daerah, khususnya pedesaan. (Ralian)
Add comment